Kenapa ya orang bisa tersinggung?
Paradigma dan perihal apa yang memicu "ketersinggungan" ?
Saya menulis ini sebagai usaha untuk berdamai dengan perasaan dalam diri yang kadang "sulit" ditenangkan terutama saat keadaan emosional sedang tidak stabil.
Saya merasa ke trigger dengan respons 2 teman saya hari ini.
1. Ketika saya bertanya dengan tulisan yang agak panjang karena sudah cukup lama kami tidak saling mengirim pesan, tapi dia hanya membalas dengan jawaban yang sangat amat singkat.
2. Teman saya yang menurut saya kurang baik dalam merespon cerita saya soal film yang sedang saya tonton dan saya puji karena acting pemain dan ceritanya cukup menarik, tetapi dia malah menjawab bahwa dia tidak tertarik, kalau bertema "x" dia baru suka.
(kedua alasan yang "remeh" bukan? haha begitulah kadang hati dan otak tidak sinkron ✌️)
Saya menemukan konsep ini dari beberapa buku dan artikel yang pernah saya baca. Umumnya yang saya lihat selama ini yang memicu orang untuk tersinggung adalah paradigma bahwa "respect is GIVEN", rasa hormat itu diberikan. Ada orang-orang yang punya pemikiran : dirinya, orang tuanya, anaknya, pasangannya, tuhannya, agamanya, negaranya, komunitasnya, gendernya, klub sepak bola yang didukungnya, badannya, warna kulitnya, pilihan gaya berpakaiannya, selera filmnya, selera musiknya, dlsb itu WAJIB dihormati oleh semua orang. Dan konsekuensinya, kalau tidak dihormati ya TERSINGGUNG.
Ketika ada yang bilang orang tuanya "gak becus", tersinggung. Ketika ada yang bilang film favoritnya "sampah", tersinggung. Ketika ada yang bilang agamanya "sesat", tersinggung, Ketika ada yang bilang band atau idola nya "kampungan" dan "plastik", tersinggung. Ketika ada yang bilang pasangannya "jelek" dan "biasa saja", tersinggung, Ketika ada yang bilang gaya berpakaiannya "murahan", tersinggung. Dst dst.
Sementara konsep yang seharusnya dipahami adalah bahwa "respect is EARNED", rasa hormat itu sesuatu yang didapatkan (bukan menuggu orang lain untuk memberi).
Orang lain tidak berkewajiban untuk menghormati hal-hal yang saya hormati. Bagi saya, orang BERHAK menentukan apakah sesuatu itu LAYAK untuk dia hormati. Kalau menurut dia tidak layak ya tidak apa-apa dia tidak menghormati hal itu. Itu kebebasannya.
Paradigma "respect is given" membuat rasa hormat itu menjadi meaningless, tidak berarti. Mereka memberikan secara cuma-cuma pada apapun, pada siapapun, bukan karena memang kita secara jujur melihat sesuatu itu layak dihormati. (Bayangkan kalau kita respect dengan segala sesuatu tanpa alasan, aneh bukan?)
Ada yang bilang "saya tidak masalah kalau mereka tidak menyukai apa yang saya sukai, tapi setidaknya jangan blak-blakan mengatakan itu didepan saya!"
Jadi begini, selain konsep "respect is earned", saya juga melihat dari sisi "valuasi" pendapatnya. Tidak mungkin kan semua pendapat itu dianggap setara? Selain dari isi pendapatnya, kredibilitas dan track record orang yang berpendapat pastinya berpengaruh terhadap "nilai" dari suatu pendapat.
Biasanya saya akan punya 2 pilihan untuk menanggapi pendapat yang saya merasa keberatan (yang menurut kebanyakan orang sangat mungkin dianggap "menyinggung") :
1. Kalau nilai pendapatnya tinggi, saya akan FOLLOW UP pendapat tersebut, karena bisa jadi bermanfaat untuk improvement saya, atau
2. Kalau pendapatnya tidak bernilai karena dari sisi substansi dan kualitas orang yang menyampaikannya tidak bagus ya saya bisa IGNORE saja.
Balik lagi ke awal, saya membuat kesimpulan sendiri jika alasan mereka merespons seperti itu mungkin karena :
1. Mereka merasa sudah sangat dekat jadi tidak perlu basa basi atau bahkan "memperhalus" bahasa nya. Mungkin kalau mereka berhadapan dengan seseorang yang sedang mereka dekati atau orang yang mereka belum paham betul karakternya sehingga takut mereka tersinggung, mungkin respons yang mereka berikan akan berbeda.
2. Mungkin mereka sedang banyak beban pikiran sehingga kurang pikir panjang, atau lain sebagainya.
3. Mungkin mereka memang tidak tertarik (like, who's care 🤷♀️ back to the "respect is EARNED").
4. Mungkin kita yang saat itu sedang terlalu sensitif (sepertinya situasi saya yang ini haha)
TAPI bukan "respons" yang menjadi point utama dalam hal ini, bukan tugas mereka untuk mengerti dan memahami kita. Bukan tentang respons seperti apa yang kita terima, atau masalah apa yang sedang kita hadapi tapi bagaimana "pola pikir", "kedewasaan emosional", dan "cara kita meyikapi dan berdamai" dengan hal itulah yang PENTING.
Love,
Humannisa