Powered by Blogger.

ITS BEEN A JOURNEY

 


Halo! Spoiler Alert ⚠

Jangan baca ini kalo belum nonton atau bukan #teamspoiler ya, haha!

Disclaimer : ini bukan review ala-ala seperti di kebanyakan blog atau vlog orang-orang yang membahas detail dari a-z, tapi cuma impression saya sebagai penonton saja. Untuk yang belum tahu series ini menceritakan tentang apa mungkin bisa search sendiri di google atau bahkan bisa langsung tonton sendiri di Netflix.

Yijin Heedo ini adalah couple yang meant to be together, BUT, not meant to be last forever. Bittersweet ending mereka is truly one of a kind. They ended it like no one ever did in Kdrama history EVER. Nobody die, nobody cheat, gak ada yang pindah planet, gak ada yang amnesia, it's just life that made them grew apart. I won't call it sad ending because, yes although the separation is painful to watch, it's just inevitable for them, but in the end we can see that both of them have already came to terms with their separation and still cheer for each other's success while keep cherishing the memories they were once shared together.    

To call 2521 a masterpiece in Kdrama is almost feel like underrated statement karena emang SEBAGUS itu. I have no word to describe how WELL MADE this drama is. Tema cerita yang kompleks dan bermacam-macam mulai dari pencarian jati diri, mengejar impian, proses pendewasaan, persahabatan, keluarga, kerasnya dunia kerja, dan cinta bisa diceritakan dengan seapik ini, ngeblend banget, dan dideliver dengan ringan tapi bermakna lewat line dialog2nya yang deep, tapi gak boring sama sekali, dan "hook" nya itu smooth banget, gak perlu pake adegan2 super epic atau gmn, tapi bikin yang nonton tetep addicted dengan drama ini. Slow burn aja gitu.    

2521 ini mirip banget sama series Reply. Cuma bedanya, Reply itu lebih light dan bright, kalo 2521 lebih realistis dan berhasil banget capture gak cuma manisnya coming of age, tapi juga pahit-pahitnya growing up dari adolescence ke adulthood kayak ketika di 1 titik kita harus memilih antara nama baik vs keluarga (kayak Yurim), karir vs cinta (Yijin Heedo), masa depan cerah vs idealisme (Seungwan), karir vs keluarga (Ibu nya Heedo). It's tough man, and yes growing up is like that, growing up means that you need to understand that  you just can't have it all, and it's painful to sacrifice something/someone over the other, but life must goes on, and you need to learn to set your priorities in life.    

Dan saya juga suka banget sama cara 2521 menceritakan suka dukanya jd reporter, emang Kdrama gak pernah kaleng-kaleng utk menggambarkan identitas karakter-karakternya terutama dari sisi pekerjaannya, karakternya gak cuma label aja, tapi beneran digali dan bikin orang tuh paham ternyata kerjaan reporter se-demanding itu dan jujur baru tau kalo reporter sama subjectnya itu harus "jaga jarak" buat alasan yang emang masuk akal. Oh and how I love when the writer connected "maintaining the safe distance" plot from the POV of a reporter and a fencer (karena fencer pun juga harus selalu jaga jarak dengan lawannya di lapangan), brilliant! Ini luar biasa sih, berarti writernya 2521 ini gak cuma research soal kehidupan seorang fencer, tapi juga reporter, dll. Good job 2521! one of my favorite KDrama ever!     

I really recomend this drama, 9,5/10. By the way maaf ya teman-teman bahasanya campur aduk karena ini nulisnya disela-sela nugas kuliah. Luv u! #staysane #stayhealthy 
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments




Hidup adalah sebuah proses. Mungkin bagi anak muda yang baru keluar dari zona nyaman, dan memasuki dunia yang sebenarnya, belum bisa memahami makna dari kalimat itu. Seperti saya dulu, yang selalu berusaha mencari tau tentang passion saya, sosok seperti apa yang diri ini harus menjadi. Semua seakan-akan harus saya temukan saat itu juga. Setelah saya paham, saya membuat 20s journey dalam bentuk blog ini. Karena saya mengerti semua ini tentang perjalanan.

Sebelumnya saya bercerita bagaimana saya menghadapi situasi yang sangat jauh berbeda dari rencana dan ekspektasi saya. Termasuk soal arah karir yang berubah (yang kenal saya sejak lama pasti tau haha). Ternyata kalau kata orang yang sudah mengalaminya, "jalani aja dan kamu akan menemukannya", itu benar adanya. Tiba-tiba aja sekarang saya sudah berpindah, ke industri yang saya sukai (entah temporary or till the end). Nggak tau gimana caranya, tiba-tiba ada jalan untuk berada di titik ini. Terus nggak galau lagi dong? Selesai dong 20s journey ini? Jawabannya, nggak.

Ibu saya sering bercerita tentang shifting priorities (walaupun beliau nggak tau istilahnya apa), dimana orang-orang akan melalui ini pada waktunya. Ada yang prioritasnya bekerja, lalu di saat menikah, prioritasnya berganti menjadi keluarga. Ada yang prioritasnya mengejar jabatan, bisa suatu hari berubah menjadi hanya ingin work life balance. Ini bukan cuma soal dalam membagi waktu, tapi juga dalam menemukan esensi kebahagiaan. Yang awalnya merasa kebahagiaan itu adalah pekerjaan beres klien senang, sekarang merasa kebahagiaan itu adalah berkumpul bersama keluarga. Makanya kita nggak bisa menyalahkan sebenarnya kalau ada teman di kantor kita yang nggak se-excited itu tentang kerjaan, nggak menggebu-gebu, karena memang prioritasnya bukan disitu. Makanya ada beberapa orang justru ingin menjadi seorang ibu rumah tangga, bukan direktur perusahaan ternama, and that's a great choice too👍.                          
Dari dulu sampai kapanpun inshaAllah ibadah dan keluarga akan selalu menjadi prioritas utama karena menurut saya itulah sumber kebahagiaan yang sejati dan nggak bisa ditukar dengan apapun. Karena kadang mempertahankan dan being aware dengan apa yang sudah kita punya itu lebih sulit daripada mendapatkannya. Prinsip saya sekarang adalah bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik untuk diri sendiri dan orang lain. Selalu berusaha menambah kualitas dan kapasitas diri, karena yang benar-benar memahami kemauan dan seberapa besar usaha kita ya hanya Allah dan diri sendiri. Dengan begitu saya nggak melulu fokus mempertanyakan mau jadi apa, tapi justru pertanyaannya adalah saya mau melakukan apa. Dan apapun prioritas barumu, itu nggak kalah keren daripada prioritasmu yang sebelumnya. Fokus aja dengan apa yang membuat hati puas dan bahagia. Selalu libatkan Yang Maha Pengatur dalam setiap hal.                                                                                                                            

*Rapunzel: I've been looking out of a window for eighteen years, dreaming about what I might feel like when those lights rise in the sky. What if it's not everything I dreamed it would be?             

*Flynn Rider: It will be.       
                                                    
*Rapunzel: And what if it is? What do I do then?                         
*Flynn Rider: Well, that's the good part I guess. You get to go find a new dream.                                                                                                                                                                                                                    

Stay safe and sane, kind people!                                                                                                                                                                        
Love, 

Humannisa 

Share
Tweet
Pin
Share
8 comments

 



Sebagai orang yang cukup visioner atau bacanya overthinking, memikirkan masa depan yang samar selalu memicu anxiety. Pikiran selalu penuh dengan kalimat kalau nanti..., kalau nanti..., yang ujung-ujungnya bikin bingung dan pusing sendiri. Ujung-ujungnya nggak ada yang ingin kita lakukan karena merasa takut menghadapi sesuatu yang bahkan belum terjadi. Tapi, sekarang kayaknya semua itu udah jauh berkurang dan di sini saya ingin membagikan bagaimana saya bisa lebih legowo meskipun tetap ya namanya manusia, kadang perasaan itu bisa selalu muncul.

Kontemplasi ini berawal dari pertanyaan yang saya lihat diblog orang lain, "what did you learn in 2020?". Pertanyaan dia bukan tentang akademik atau kerjaan, tapi lebih ke kehidupan. Di situ saya berpikir, gila ya memang 2020 (bahkan 2021 ternyata lebih challenging haha). Pasti semua orang terdampak ntah dari aspek mana. Tapi bagi saya pribadi setelah berkontemplasi, saya merasa 2020 itu mengajarkan saya cara berserah. Setelah semua rencana atau keinginan, tapi ternyata manusia nggak punya kontrol untuk terus membuat sesuatu terjadi sesuai keinginannya. Ternyata selama ini itu terjadi karena Allah mengizinkan. Seberapapun mendukungnya keadaan, tapi kalau Allah bilang no, nggak akan terjadi. Tapi sebagaimanapun keadaan yang sulit sampai nggak bisa ada jalan keluarnya bagi pikiran manusia, kalau Allah bilang proceed, akan kejadian. Akhirnya saya lebih paham makna berserah.

Bukan artinya berserah adalah kita pasrah tanpa melakukan sesuatu. Kita tetap harus melakukan sesuatu untuk membuka jalan sebanyak-banyaknya, berharap salah satu jalannya dibukakan olehNya. Tapi berserah itu ketika di setiap usaha kita, kita kembalikan lagi kontrolnya dan keputusannya kepada Allah. Lepasin beban hidup kita untuk menuntut diri kita sebagai faktor utama atas semua yang terjadi. Ternyata hidup bisa jadi se-enteng itu.

Teringat juga sama obrolan saya dengan teman saya. Kita lagi membahas seseorang yang hidupnya lagi kena masalah dan kita cukup bersimpati atas keadaannya. Saya bertanya kenapa ya orang bisa kena masalah bertubi-tubi. Tapi, dia bilang ke saya bahwa walaupun pahit, itu memang proses hidup yang harus dia jalanin. Ketika seseorang sudah dipercayakan Allah untuk melalui proses itu, proses yang sakit itu nggak bisa dihindari, nggak ada yang bisa dilakukan selain dijalani. It hits me hard. Setiap merasa ketakutan akan satu proses hidup, saya sering kali panik dan nggak bisa berhenti mikirin. Padahal itu cuma soal waktu, karena ujung-ujungnya saya harus melewati jalan itu anyway. Dan Allah pasti bimbing dan bantu.

Setelah semalaman overthinking memikirkan sesuatu hal dan merasa cemas dengan masa depan, taunya besok paginya nggak sengaja muncul sebuah video di Youtube tentang orang yang membahas topik yang sama. Dia cerita bagaimana ini juga membuat dia overthinking bahkan pusing sendiri, tapi akhirnya emang impossible bagi kita belum tentu bagi Allah. Tapi emang nggak mudah jalannya, cuma bukan berarti salah atau nggak mungkin. Saya langsung merasa ini Allah seakan lagi bicara lewat video itu, hey don't worry :')

To be honest, saya pernah merasa capek dengan semua social media. Karena melihat kehidupan orang-orang yang bahkan tidak saya kenal, terus merasa jadi pertanyaan kepada hidup saya sendiri. Akhirnya saya coba log out beberapa minggu sampai negativity itu berkurang. Tapi sekarang-sekarang ini saya sadar, bukan salah orang-orang atau social media. Tapi hati saya yang lagi bitter. Nggak apa juga kok kalau kalian merasa perlu sign out dari social media, do what is best for you. 

Setelah hati saya udah biasa aja, akhirnya melihat updates dari semua orang juga jadi lebih positif. Buat yang lagi merayakan kebahagiaan, bisa ikut bahagia dan mendoakan. Buat yang lagi cari perhatian di Instagram, it's okay juga bisa semudah skip kalau memang annoying. Buat yang lagi struggling dan menjalani proses hidup yang nggak mudah, bisa mendoakan dan sesimpel emoji menyemangati. Pernah ada masa saya melihat seorang teman yang hidupnya kelihatan menyenangkan dan mungkin sebutannya yolo banget nih orang. Tapi ternyata di tengah itu, dia lagi struggle akan sesuatu. Akhirnya saya tau, dia bukan lagi yolo, tapi dia lagi menghibur hatinya yang sedang berat mungkin. Emang social media suka menyoroti dari satu sisi kamera, tapi let's remind ourselves to see from the unseen angle.

Now, my mindset has changed. Let's be fearless. Apapun proses yang harus kita lalui. Biarkan masa depan menjadi misteri, dan percayakan segalanya pada Allah. Nggak ada satupun dan sekecil apapun yang luput dari perhatianNya. Apalagi sama kita yang berdoa, ibarat lagi ngetok pintu rumahNya. Pasti kedengeran.

Stay safe and sane.


Love, 


Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments


Hidup jangan menebar kenegatifan. 
Mari budayakan untuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang terlihat remeh tapi berarti besar.

X : Weekend ini mau banyak baca aja ah
Y : Emang kenapa?
X : Nonton series ngga guna
Y : (tercyduk karena lebih suka nonton series)

Menjadi, 

X : Liburan ini mau banyak baca ah
Y : Emang kenapa?
X : Karena membaca membuka wawasan, terus aku juga baru direkomendasiin buku-buku bagus, dll dll dll.

Ada opsi untuk MENINGGIKAN tanpa MENJATUHKAN, berhenti menjadikan pandangan sinis terhadap suatu hal sebagai alasan untuk melakukan hal lain. Ada opsi untuk mendalami kelebihan dan kebaikan dari hal lain tersebut dan menjadikannya argumen yang merasionalkan.

Contoh lain:

X : Mau makan bakso ah
Y : Emang kenapa?
X : Karena mie ayam ga enak

Hal diatas kan ngga menjelaskan kenapa dia ngga malah milih siomay aja, kadang argumen  untuk merasionalisasi tindakan kita adalah sebuah statement negatif/pertidaksetujuan terhadap hal lain. Padahal, pertidaksetujuan ini tidak selalu menjustifikasi kenapa pilihannya harus menjadi spesifik ke sana.
  
Terdengarnya remeh banget kan? tapi secara ngga langsung perbuatan seperti itu sama aja kaya menebar kenegatifan, kenegatifan menjurus ke kebencian, dll. Gimana kalau terjadi pada hal yang lebih besar/serius? Dampaknya ngga baik buat mentallity diri sendiri dan orang lain, bahkan ada yang bisa berdampak serius.

Yang namanya negativity itu mau sedikit atau banyak tetep aja ngga baik, daripada dipelihara terus lama-lama jadi boomerang mending dihilangkan, ngga mesti tiba-tiba langsung jadi baik apalagi suci seketika karena emang manusia ngga luput dari salah dan khilaf. Tapi apa salahnya untuk mencoba menjadi lebih baik, lama-lama juga akan tebiasa.


Yuk sama-sama berubah perlahan!
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments


And here some bloody inspiring quotes i found by blogwalking these days :

"People were created to be loved, Things were created to be used, The reason why the world is in chaos, Is because things are being loved, and people are being used."

"Biggest communication problem is, We do not listen to understand.
We listen just to reply."

"Do not educate your child to be rich, educate them to be happy. So when he grows up, he'll know the value of everything. Not the price.

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

  

Today, I decided to back to the reality. And I would like to tell you something, that I am so proud of having this thought and able to share it to you. Karena kayanya nggak mudah sampai pada titik ini (i know it might sounds a lil bit sotoy ✌) melewati berbagai hal dan akhirnya bisa belajar banyak hal. It's about part of my (20s) journey. Dan teringat ketika saya membuat label journey ini, karena saya mulai merasa ada banyak fase yang membingungkan, dan saya mencoba tuliskan seperti jejak yang bisa saya telusuri nantinya, dan tentunya berharap fase-fase ini akan menemukan pencerahan pada akhirnya. Seperti menulis sebuah buku yang penulisnya juga belum tahu akhirnya akan seperti apa. Berharap siapapun yang sedang mengalami fase yang sama, bisa membaca dan percaya bahwa semua normal terjadi dan pasti akan ada akhirnya.

Di umur 20-an, kita semua merasa inilah dunia dewasa, dimana semua akan terjadi. Lulus kuliah, dilanjutkan memiliki karir, menemukan pasangan lalu menikah, dan punya anak. Entah kenapa kebanyakan pasti akan berpikir gitu, entah society kah yang membuat kita beranggapan seperti itu? Nyatanya belum tentu berjalan seperti yang dipikirkan kebanyakan orang, like the society made the "form" of life (?). Belum tentu semua orang punya "form" yang sama bukan? Dan memang nyatanya hidup sebenarnya seperti ini. Timeline yang orang buat nggak selalu cocok sama hidup kita. We have our own battles.

Akhirnya kebanyakan orang menganggap umur-umur tertentu, katakanlah last 20s adalah milestone yang terlewat sudah. Lanjut ke fase berikutnya. Fase dimana orang-orang yang mengangap dirinya mature enough mulai sadar "okay, because it didn't happen now doesn't mean it will not happen". Fase dimana bukan lagi "ini harus terjadi", sekarang lebih ke kalau bukan waktunya lebih baik nggak usah terjadi atau "Thank God you hold me back and it didn't happen to me".

I would say 20s should be the right time for us to pursue your dreams relentlessly. Karena semua mimpi nggak bisa terjadi dalam satu malam. Setiap orang punya jatah gagal. Abisin semua jatah gagal itu selagi muda. Ibarat mau menjadi expert dalam suatu hal, pasti banyak banget ekperimen yang kita lakukan, dan kegagalan yang kita alami, masih inget ceritanya Thomas Alva Edison kan? Hehe (klise 😜). Semakin banyak kegagalan semakin dekat kita dengan keberhasilan. Buat yang masih ingin mengejar karir, terus kejar, kalau udah menemukan pasangan yang tepat, nggak ada salahnya untuk menikah kalau sudah waktunya. Karena saya percaya pernikahan nggak seharusnya jadi titik akhir seseorang untuk mengejar impiannya (mengambil pelajaran dari sepupu yang udah nikah di umur 20 tahun, dan mau lanjut studi ke Cairo sama istrinya, which is eye-opening, right? Haha). Buat yang masih punya ambisi lain, boleh aja memanifestasikan semua hidupnya untuk itu sebelum akan ada waktunya dimana prioritas dan fokus bergeser. 

In my 20s, I want to be able to define myself alone without any role and title. I want to know myself and own it before I need to share it with somebody else. Do what I want to do before I'd regret it later for not doing it. Invest my time more with someone who really cares about me, who really want to stay with me. That's it. I do not allowed excessive baggage inside. 

Barakallah! 



Love,


Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Tiba-tiba kepikiran buat nulis tulisan yang agak cheesy begini karena belum lama ini abis baca blog orang soal keluarga dan hikmah yang bisa dipetik dari relationship problems orang lain (karena sejujurnya saya 0 experience soal ini hihi tapi sok sok an mau nulis 🤪✌). Anaknya semudah itu termotivasi dan nggak bisa lihat yang inspiratif dikit pasti langsung mau nulis. Karena menurut saya, walaupun belum pernah mengalami kita tetap harus aware dan pandai-pandai mengambil pelajaran dari ceritanya orang lain, yah hitung-hitung buat simpanan solusi kalau mengalami hal serupa, haha. 

Love is not always perfect.

Mungkin di bayangan anak muda adalah ketika menjalin hubungan dengan orang yang tepat semua akan mudah dan bahagia. Tapi ternyata, realita disekitar mengajarkan bahwa pasangan yang tepat pun bisa mengecewakan, begitu juga dengan orang tua, dan anak. Marah, miskomunikasi, ekspektasi yang terlalu tinggi hingga menimbulkan kekecewaan, itu semua wajar. Dan itu semua nggak membuat masing-masing lantas pergi. Tapi justru gimana kita bisa saling belajar memahami, mengomunikasikan apa yang kita rasakan walau nggak enak didengar dan tentunya kuncinya adalah "memaafkan". 


Phil Dunphy Modern Family GIF - PhilDunphy ModernFamily Quote ...


Marriage takes a lot of hard work.

Sering kali saya bertanya-tanya apa ya rasanya hidup bersama satu orang yang sama seumur hidup. Dan lagi, realita mengajarkan sekalipun itu dengan orang yang tepat. Semua ternyata ada proses dan kerja kerasnya. Bayangin aja di setiap waktu ke waktu kita semua bertumbuh dan kadang fase hidup membuat kita berubah. Berkali-kali juga sebagai pasangan harus mencoba saling adaptasi dan menerima perubahan itu, kalau beruntung bisa jatuh cinta lagi dan lagi dengan orang yang sama. Yup, it takes a lot of hard work and forgiveness.

"We do strange things for the people we love. There may be bumps along the way, but we never stop wanting the best for them. That's what makes it such a tough job, but the best job in the world." - Phil Dunphy

Be with someone who brings out the best in you.

Kalau ngomongin berantem, kayaknya nggak ada pasangan yang nggak pernah berantem. Sampai kadang bingung kok bisa ya mereka akhirnya memutuskan untuk bersama haha. Tapi kalau dipikir-pikir emang tiap pasangan itu selalu punya sifat-sifat yang kebalikannya dari pasangannya, jadi saling melengkapi. Mungkin itu yang kadang sering terlupakan oleh pasangan. Karena udah terbiasa, akhirnya yang di lihat cuma soal jeleknya aja. Padahal nggak mungkin kan kita mau berkomitmen sama seseorang pada awalnya kalau nggak ada sesuatu yang luar biasa kita lihat dari mereka. Banyak orang yang lupa melihat bahwa pasangannyalah yang paling mendukung dan menguatkan di saat apapun, terutama untuk menggapai mimpi masing-masing. Begitu pula dengan hubungan pertemanan, keluarga, dll. 

"That's the funny thing about marriage, you fall in love with this extraordinary person and over time they begin to seem ordinary. I think it's all the nagging." - Phil Dunphy 
 
 
 
Baiklah, karena mau lanjut buat materi presentasi conference, jadi diusaikan sampai sini dulu ke-sotoy-an ini. Semoga bisa dipahami dan cukup aplikatif untuk kehidupan sehari-hari bukan cuma untuk pasangan tapi juga teman, orang tua, anak, dll. Anyway, menulis ini seakan sedang menasehati diri sendiri tentang ekspektasi dalam hidup. Kalau merasa hidupnya lagi drama dan moodnya ga karu karuan cobain deh self reflection dan lakukan hal-hal positif yang disukai sampai akhirnya sadar dan realistis lagi. 

#don'ttakeeverythingsoseriously :)

Love, 


Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
6 comments
Older Posts

The Author



Humannisa

Readers

Popular Posts

  • Self Love is the only way to Get Love
  • Meninggikan Tanpa Menjatuhkan
  • Things I learned In My Early 20s
  • Respect is Earned, not Given
  • CONTEMPLATION PART 1 : RELATIONSHIP WITH GOD

Categories

  • COLLEGE (1)
  • INNER PEACE (2)
  • JOURNEY (4)
  • LIFE (2)
  • REMINDER (1)

Blog Archive

  • ▼  2024 (1)
    • ▼  February (1)
      • 2521 REVIEW
  • ►  2022 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  October (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2020 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  March (1)

Wikipedia

Search results

Translate

Created with by ThemeXpose