Powered by Blogger.

ITS BEEN A JOURNEY


Belum lama ini, saya nggak sengaja membuka catatan lama yang isinya kumpulan nasihat dan kata-kata motivasi yang saya tulis untuk diri sendiri dulu, termasuk juga tujuan hidup, gimana maunya diri ini kalau nanti "waktunya" sudah tiba, sudah sebanyak apa persiapan untuk menghadapNya, dll. Terus nggak sengaja juga nonton konten di YouTube yang ngebahas tentang penciptaan alam semesta (mostly about science) dan mashaaAllah saya nonton video begitu tapi bukan cuma otak saya yang mikir keras sambil mengingat pelajaran fisika zaman SMA dulu,  hati saya nggak bisa berhenti terkagum-kagum dengan Penciptanya. Terus sempat menonton juga video tentang kehidupan, termasuk hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Tenang, itu bukan konten tentang agama fanatik atau apapun itu, cuma bincang-bincang antar selebritis yang membagikan kisah hidupnya. Haha. Tapi itu membuat saya seperti tersadar akan banyak hal, dan berkaca lagi juga mengenai hubungan saya dengan Sang Pencipta.

Bisa terlahir di sebuah agama dan memiliki orang tua yang menuntun dan mengajarkan ajaran agama itu sebuah nikmat, tapi ternyata nggak cukup sampai disitu. Kita harus masih mencari. Ibarat kita mau dicomblangin sama seseorang, mak comblang akan kasih tau ke kita bahwa dia orang nya seperti ini dan itu. Tapi pada akhirnya, proses selanjutnya adalah kita harus yang cari tahu sendiri dan berkenalan sendiri untuk menciptakan sebuah koneksi. Makanya ada yang disebut namanya hijrah, yang membuat orang di luar bingung karena seakan orang Islam masuk Islam. Tapi  itulah proses pencarian dan proses setiap orang berbeda-beda tentunya.

Pertama, tentang doa. Bagaimana sih kita biasanya berdoa kepada Allah? Ternyata berbeda-beda. Ada yang menyebut semua daftar permohonannya satu per satu secara detail, ada yang meminta tapi nggak spesifik karena merasa Allah lebih tahu segalanya, ada yang hanya mengucap syukur tanpa meminta, ada yang tidak berani meminta apapun kepada Allah karena merasa tidak pantas. 

Sekali lagi, ini tentang hubungan seseorang dengan Penciptanya, it's personal and unique. Saya pribadi tipe yang meminta dengan cukup detail dan spesifik karena merasa semakin banyak saya memaparkan permintaan, semakin yakin saya dengan doa itu. Terlebih saya diajarkan memang kalau berdoa sebaiknya detail dan spesifik. Walau ya, tentu Allah lebih tahu segalanya. Kadang ada juga orang yang hanya mengucap syukur tanpa meminta. Bahkan kadang ada juga orang yang memohon ampunan saja. Karena adanya perasaan manusiawi seperti kalau terlalu berharap, kita akan kecewa, lebih baik biar Allah yang tunjukkan aja jalannya. Semoga Allah memberikan segala sesuatu yang terbaik. Atau kita akan berusaha di dunia untuk mendapatkannya, semoga Allah mudahkan jalannya.

Kalau dipikir-pikir ya itu mungkin bagian dari berserah diri. Tapi kalau diibaratkan sebagai hubungan dengan teman, hubungan yang sungkan itu bukan hubungan yang dekat. Kalau sama teman dekat atau sama orang tua misalnya, saking dekatnya kalau ulang tahun bisa request mau kado apa detail bahkan ada yang langsung kasih link e-commercenya. Tapi kalau sama teman yang biasa aja, dikasih Alhamdulillah, nggak dikasih juga nggak apa-apa. Kurang lebih, berarti seperti itu juga hubungan dengan Allah.

Akhirnya, yang saya pahami dari pembahasan itu adalah kita memang boleh banget meminta kepada Allah secara spesifik. Memang meminta dan mengemis itu nggak enak, tapi posisi kita adalah hamba, tugas kita mengemis. Tanpa sadar, males mengemis itu bisa jadi perilaku yang sombong, merasa diri baik-baik aja. Secara fisik setiap hari bersujud, tapi dalam hati nggak sepenuhnya menunduk. Banyak orang yang malas mengemis karena takut kecewa juga berarti lupa betapa besarnya Allah. Bahkan ada yang lebih memilih untuk berusaha di dunia dan hanya meminta Allah untuk untuk dimudahkan jalannya tanpa memberi tahu apa perkaranya sama Allah, berarti kalau dapat mereka akan menganggap karena mereka sudah berusaha, padahal itu semua Allah yang sepenuhnya kasih. 

Kadang ketika kehidupan sedang lagi baik-baiknya, bisa membuat kita lupa seberapa kecilnya kita di hadapan Allah. Hanya ketika ada masalah, kita sadar betul nggak berdaya tanpa Nya. Ketika ada masalah, mau nggak mau kita akan mengemis dan meminta. Padahal mau roda kehidupan bergerak di atas atau bawah, kita masih sama kecilnya di hadapan Allah. Makanya orang suka bilang, ketika Allah memberi cobaan, mungkin Allah lagi ingin kita meminta. Kita semua tahu Allah itu pemilik segalanya, tapi seberapa jauh hati kita memaknai itu sih?

Sebenarnya merasa aneh untuk menulis pemikiran ini karena sekali lagi hubungan dengan Sang Pencipta itu kan personal. Tapi bisa disadarkan dari pembahasan yang saya dapat itu seperti sebuah kebahagiaan seperti menemukan kepingan puzzle yang sedikit demi sedikit bisa melengkapi proses pencarian. Masih banyak yang ingin dibahas, tapi udah terlalu panjang. Mari kita lanjut kontemplasi ini di lain waktu. Sebelum tidur malam nanti, mari kita berdoa dengan sepenuh hati, jadikan conversation yang berarti antara kita dengan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Love, 

Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
6 comments

"What we know is a drop, what we don't know is an ocean". Kalau aja time travel itu benar nyata, saya ingin melihat masa depan untuk tau ending ceritanya. Jadi saya bisa balik ke waktu sekarang tanpa harus bertanya-tanya pertanyaan yang belum ada jawabannya. Saya nggak perlu khawatir dengan proses yang nggak enak, atau menangisi hal yang bukan menjadi masa depan saya. Sedangkan pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh waktu itu menjengkelkan. Karena kita nggak tahu kenyataannya atau hikmah dibaliknya.

Perjalanan hidup emang nggak ada yang tau ya. Mana tau saya yang sangat batu, punya pertahanan tembok yang tinggi, akhirnya belajar bagaimana terbuka dengan orang lain. Mana saya tau orang yang begitu yakin dengan sebuah mimpinya, tiba-tiba berubah pikiran. Sampai hari ini pun, saya nggak tahu formula untuk hidup bahagia itu apa. Tapi yang saya tahu kalau kita selalu berusaha menjadi orang yang baik, memberikan kebaikan pada sekitar, mendekatkan diri pada Sang Pencipta itu memang ampuh mendatangkan kebahagiaan, (still working on it, walau kadang pada praktiknya susah) haha. Kalau emang cinta lebih penting, kenapa ada orang yang bisa bahagia meskipun sendirian. Kalau karir lebih penting, kenapa ada orang yang tetap merasa kosong hampa sendirian?

Emang hidup itu sebuah pencarian, yang mana cuma waktu bisa bantu kasih jawabannya. Sementara itu, hidup terus berjalan, kita pun juga terus berjalan membuat banyak kesalahan atau penyesalan. Yang akhirnya kita jadi belajar hal baru, menemukan diri kita yang baru. Ada yang dulu selalu berambisi untuk karir atau pendidikan, tapi sekarang lebih memilih untuk bisa berjalan bergandengan tangan dengan seseorang yang walaupun jalan sesulit apapun, tetap memilih bergandengan dan saling menguatkan.

"In the end, what helps you overcome obastacles isn't brains, but someone who will take your hand and never let you go. In the end, that's family." -Reply 1988 


Love,

Humannisa 
Share
Tweet
Pin
Share
10 comments
Newer Posts
Older Posts

The Author



Humannisa

Readers

Popular Posts

  • Self Love is the only way to Get Love
  • Meninggikan Tanpa Menjatuhkan
  • Things I learned In My Early 20s
  • Respect is Earned, not Given
  • CONTEMPLATION PART 1 : RELATIONSHIP WITH GOD

Categories

  • COLLEGE (1)
  • INNER PEACE (2)
  • JOURNEY (4)
  • LIFE (2)
  • REMINDER (1)

Blog Archive

  • ►  2024 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  October (1)
    • ►  February (1)
  • ▼  2020 (7)
    • ►  November (2)
    • ►  September (1)
    • ▼  July (2)
      • CONTEMPLATION PART 1 : RELATIONSHIP WITH GOD
      • Hyphothesis
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  March (1)

Wikipedia

Search results

Translate

Created with by ThemeXpose