Sebagai orang yang cukup visioner atau bacanya overthinking, memikirkan masa depan yang samar selalu memicu anxiety. Pikiran selalu penuh dengan kalimat kalau nanti..., kalau nanti..., yang ujung-ujungnya bikin bingung dan pusing sendiri. Ujung-ujungnya nggak ada yang ingin kita lakukan karena merasa takut menghadapi sesuatu yang bahkan belum terjadi. Tapi, sekarang kayaknya semua itu udah jauh berkurang dan di sini saya ingin membagikan bagaimana saya bisa lebih legowo meskipun tetap ya namanya manusia, kadang perasaan itu bisa selalu muncul.
Kontemplasi ini berawal dari pertanyaan yang saya lihat diblog orang lain, "what did you learn in 2020?". Pertanyaan dia bukan tentang akademik atau kerjaan, tapi lebih ke kehidupan. Di situ saya berpikir, gila ya memang 2020 (bahkan 2021 ternyata lebih challenging haha). Pasti semua orang terdampak ntah dari aspek mana. Tapi bagi saya pribadi setelah berkontemplasi, saya merasa 2020 itu mengajarkan saya cara berserah. Setelah semua rencana atau keinginan, tapi ternyata manusia nggak punya kontrol untuk terus membuat sesuatu terjadi sesuai keinginannya. Ternyata selama ini itu terjadi karena Allah mengizinkan. Seberapapun mendukungnya keadaan, tapi kalau Allah bilang no, nggak akan terjadi. Tapi sebagaimanapun keadaan yang sulit sampai nggak bisa ada jalan keluarnya bagi pikiran manusia, kalau Allah bilang proceed, akan kejadian. Akhirnya saya lebih paham makna berserah.
Bukan artinya berserah adalah kita pasrah tanpa melakukan sesuatu. Kita tetap harus melakukan sesuatu untuk membuka jalan sebanyak-banyaknya, berharap salah satu jalannya dibukakan olehNya. Tapi berserah itu ketika di setiap usaha kita, kita kembalikan lagi kontrolnya dan keputusannya kepada Allah. Lepasin beban hidup kita untuk menuntut diri kita sebagai faktor utama atas semua yang terjadi. Ternyata hidup bisa jadi se-enteng itu.
Teringat juga sama obrolan saya dengan teman saya. Kita lagi membahas seseorang yang hidupnya lagi kena masalah dan kita cukup bersimpati atas keadaannya. Saya bertanya kenapa ya orang bisa kena masalah bertubi-tubi. Tapi, dia bilang ke saya bahwa walaupun pahit, itu memang proses hidup yang harus dia jalanin. Ketika seseorang sudah dipercayakan Allah untuk melalui proses itu, proses yang sakit itu nggak bisa dihindari, nggak ada yang bisa dilakukan selain dijalani. It hits me hard. Setiap merasa ketakutan akan satu proses hidup, saya sering kali panik dan nggak bisa berhenti mikirin. Padahal itu cuma soal waktu, karena ujung-ujungnya saya harus melewati jalan itu anyway. Dan Allah pasti bimbing dan bantu.
Setelah semalaman overthinking memikirkan sesuatu hal dan merasa cemas dengan masa depan, taunya besok paginya nggak sengaja muncul sebuah video di Youtube tentang orang yang membahas topik yang sama. Dia cerita bagaimana ini juga membuat dia overthinking bahkan pusing sendiri, tapi akhirnya emang impossible bagi kita belum tentu bagi Allah. Tapi emang nggak mudah jalannya, cuma bukan berarti salah atau nggak mungkin. Saya langsung merasa ini Allah seakan lagi bicara lewat video itu, hey don't worry :')
To be honest, saya pernah merasa capek dengan semua social media. Karena melihat kehidupan orang-orang yang bahkan tidak saya kenal, terus merasa jadi pertanyaan kepada hidup saya sendiri. Akhirnya saya coba log out beberapa minggu sampai negativity itu berkurang. Tapi sekarang-sekarang ini saya sadar, bukan salah orang-orang atau social media. Tapi hati saya yang lagi bitter. Nggak apa juga kok kalau kalian merasa perlu sign out dari social media, do what is best for you.
Setelah hati saya udah biasa aja, akhirnya melihat updates dari semua orang juga jadi lebih positif. Buat yang lagi merayakan kebahagiaan, bisa ikut bahagia dan mendoakan. Buat yang lagi cari perhatian di Instagram, it's okay juga bisa semudah skip kalau memang annoying. Buat yang lagi struggling dan menjalani proses hidup yang nggak mudah, bisa mendoakan dan sesimpel emoji menyemangati. Pernah ada masa saya melihat seorang teman yang hidupnya kelihatan menyenangkan dan mungkin sebutannya yolo banget nih orang. Tapi ternyata di tengah itu, dia lagi struggle akan sesuatu. Akhirnya saya tau, dia bukan lagi yolo, tapi dia lagi menghibur hatinya yang sedang berat mungkin. Emang social media suka menyoroti dari satu sisi kamera, tapi let's remind ourselves to see from the unseen angle.
Now, my mindset has changed. Let's be fearless. Apapun proses yang harus kita lalui. Biarkan masa depan menjadi misteri, dan percayakan segalanya pada Allah. Nggak ada satupun dan sekecil apapun yang luput dari perhatianNya. Apalagi sama kita yang berdoa, ibarat lagi ngetok pintu rumahNya. Pasti kedengeran.
Stay safe and sane.
Love,
Humannisa