Powered by Blogger.

ITS BEEN A JOURNEY


And here some bloody inspiring quotes i found by blogwalking these days :

"People were created to be loved, Things were created to be used, The reason why the world is in chaos, Is because things are being loved, and people are being used."

"Biggest communication problem is, We do not listen to understand.
We listen just to reply."

"Do not educate your child to be rich, educate them to be happy. So when he grows up, he'll know the value of everything. Not the price.

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

  

Today, I decided to back to the reality. And I would like to tell you something, that I am so proud of having this thought and able to share it to you. Karena kayanya nggak mudah sampai pada titik ini (i know it might sounds a lil bit sotoy ✌) melewati berbagai hal dan akhirnya bisa belajar banyak hal. It's about part of my (20s) journey. Dan teringat ketika saya membuat label journey ini, karena saya mulai merasa ada banyak fase yang membingungkan, dan saya mencoba tuliskan seperti jejak yang bisa saya telusuri nantinya, dan tentunya berharap fase-fase ini akan menemukan pencerahan pada akhirnya. Seperti menulis sebuah buku yang penulisnya juga belum tahu akhirnya akan seperti apa. Berharap siapapun yang sedang mengalami fase yang sama, bisa membaca dan percaya bahwa semua normal terjadi dan pasti akan ada akhirnya.

Di umur 20-an, kita semua merasa inilah dunia dewasa, dimana semua akan terjadi. Lulus kuliah, dilanjutkan memiliki karir, menemukan pasangan lalu menikah, dan punya anak. Entah kenapa kebanyakan pasti akan berpikir gitu, entah society kah yang membuat kita beranggapan seperti itu? Nyatanya belum tentu berjalan seperti yang dipikirkan kebanyakan orang, like the society made the "form" of life (?). Belum tentu semua orang punya "form" yang sama bukan? Dan memang nyatanya hidup sebenarnya seperti ini. Timeline yang orang buat nggak selalu cocok sama hidup kita. We have our own battles.

Akhirnya kebanyakan orang menganggap umur-umur tertentu, katakanlah last 20s adalah milestone yang terlewat sudah. Lanjut ke fase berikutnya. Fase dimana orang-orang yang mengangap dirinya mature enough mulai sadar "okay, because it didn't happen now doesn't mean it will not happen". Fase dimana bukan lagi "ini harus terjadi", sekarang lebih ke kalau bukan waktunya lebih baik nggak usah terjadi atau "Thank God you hold me back and it didn't happen to me".

I would say 20s should be the right time for us to pursue your dreams relentlessly. Karena semua mimpi nggak bisa terjadi dalam satu malam. Setiap orang punya jatah gagal. Abisin semua jatah gagal itu selagi muda. Ibarat mau menjadi expert dalam suatu hal, pasti banyak banget ekperimen yang kita lakukan, dan kegagalan yang kita alami, masih inget ceritanya Thomas Alva Edison kan? Hehe (klise 😜). Semakin banyak kegagalan semakin dekat kita dengan keberhasilan. Buat yang masih ingin mengejar karir, terus kejar, kalau udah menemukan pasangan yang tepat, nggak ada salahnya untuk menikah kalau sudah waktunya. Karena saya percaya pernikahan nggak seharusnya jadi titik akhir seseorang untuk mengejar impiannya (mengambil pelajaran dari sepupu yang udah nikah di umur 20 tahun, dan mau lanjut studi ke Cairo sama istrinya, which is eye-opening, right? Haha). Buat yang masih punya ambisi lain, boleh aja memanifestasikan semua hidupnya untuk itu sebelum akan ada waktunya dimana prioritas dan fokus bergeser. 

In my 20s, I want to be able to define myself alone without any role and title. I want to know myself and own it before I need to share it with somebody else. Do what I want to do before I'd regret it later for not doing it. Invest my time more with someone who really cares about me, who really want to stay with me. That's it. I do not allowed excessive baggage inside. 

Barakallah! 



Love,


Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Tiba-tiba kepikiran buat nulis tulisan yang agak cheesy begini karena belum lama ini abis baca blog orang soal keluarga dan hikmah yang bisa dipetik dari relationship problems orang lain (karena sejujurnya saya 0 experience soal ini hihi tapi sok sok an mau nulis 🤪✌). Anaknya semudah itu termotivasi dan nggak bisa lihat yang inspiratif dikit pasti langsung mau nulis. Karena menurut saya, walaupun belum pernah mengalami kita tetap harus aware dan pandai-pandai mengambil pelajaran dari ceritanya orang lain, yah hitung-hitung buat simpanan solusi kalau mengalami hal serupa, haha. 

Love is not always perfect.

Mungkin di bayangan anak muda adalah ketika menjalin hubungan dengan orang yang tepat semua akan mudah dan bahagia. Tapi ternyata, realita disekitar mengajarkan bahwa pasangan yang tepat pun bisa mengecewakan, begitu juga dengan orang tua, dan anak. Marah, miskomunikasi, ekspektasi yang terlalu tinggi hingga menimbulkan kekecewaan, itu semua wajar. Dan itu semua nggak membuat masing-masing lantas pergi. Tapi justru gimana kita bisa saling belajar memahami, mengomunikasikan apa yang kita rasakan walau nggak enak didengar dan tentunya kuncinya adalah "memaafkan". 


Phil Dunphy Modern Family GIF - PhilDunphy ModernFamily Quote ...


Marriage takes a lot of hard work.

Sering kali saya bertanya-tanya apa ya rasanya hidup bersama satu orang yang sama seumur hidup. Dan lagi, realita mengajarkan sekalipun itu dengan orang yang tepat. Semua ternyata ada proses dan kerja kerasnya. Bayangin aja di setiap waktu ke waktu kita semua bertumbuh dan kadang fase hidup membuat kita berubah. Berkali-kali juga sebagai pasangan harus mencoba saling adaptasi dan menerima perubahan itu, kalau beruntung bisa jatuh cinta lagi dan lagi dengan orang yang sama. Yup, it takes a lot of hard work and forgiveness.

"We do strange things for the people we love. There may be bumps along the way, but we never stop wanting the best for them. That's what makes it such a tough job, but the best job in the world." - Phil Dunphy

Be with someone who brings out the best in you.

Kalau ngomongin berantem, kayaknya nggak ada pasangan yang nggak pernah berantem. Sampai kadang bingung kok bisa ya mereka akhirnya memutuskan untuk bersama haha. Tapi kalau dipikir-pikir emang tiap pasangan itu selalu punya sifat-sifat yang kebalikannya dari pasangannya, jadi saling melengkapi. Mungkin itu yang kadang sering terlupakan oleh pasangan. Karena udah terbiasa, akhirnya yang di lihat cuma soal jeleknya aja. Padahal nggak mungkin kan kita mau berkomitmen sama seseorang pada awalnya kalau nggak ada sesuatu yang luar biasa kita lihat dari mereka. Banyak orang yang lupa melihat bahwa pasangannyalah yang paling mendukung dan menguatkan di saat apapun, terutama untuk menggapai mimpi masing-masing. Begitu pula dengan hubungan pertemanan, keluarga, dll. 

"That's the funny thing about marriage, you fall in love with this extraordinary person and over time they begin to seem ordinary. I think it's all the nagging." - Phil Dunphy 
 
 
 
Baiklah, karena mau lanjut buat materi presentasi conference, jadi diusaikan sampai sini dulu ke-sotoy-an ini. Semoga bisa dipahami dan cukup aplikatif untuk kehidupan sehari-hari bukan cuma untuk pasangan tapi juga teman, orang tua, anak, dll. Anyway, menulis ini seakan sedang menasehati diri sendiri tentang ekspektasi dalam hidup. Kalau merasa hidupnya lagi drama dan moodnya ga karu karuan cobain deh self reflection dan lakukan hal-hal positif yang disukai sampai akhirnya sadar dan realistis lagi. 

#don'ttakeeverythingsoseriously :)

Love, 


Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
6 comments

Belum lama ini, saya nggak sengaja membuka catatan lama yang isinya kumpulan nasihat dan kata-kata motivasi yang saya tulis untuk diri sendiri dulu, termasuk juga tujuan hidup, gimana maunya diri ini kalau nanti "waktunya" sudah tiba, sudah sebanyak apa persiapan untuk menghadapNya, dll. Terus nggak sengaja juga nonton konten di YouTube yang ngebahas tentang penciptaan alam semesta (mostly about science) dan mashaaAllah saya nonton video begitu tapi bukan cuma otak saya yang mikir keras sambil mengingat pelajaran fisika zaman SMA dulu,  hati saya nggak bisa berhenti terkagum-kagum dengan Penciptanya. Terus sempat menonton juga video tentang kehidupan, termasuk hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Tenang, itu bukan konten tentang agama fanatik atau apapun itu, cuma bincang-bincang antar selebritis yang membagikan kisah hidupnya. Haha. Tapi itu membuat saya seperti tersadar akan banyak hal, dan berkaca lagi juga mengenai hubungan saya dengan Sang Pencipta.

Bisa terlahir di sebuah agama dan memiliki orang tua yang menuntun dan mengajarkan ajaran agama itu sebuah nikmat, tapi ternyata nggak cukup sampai disitu. Kita harus masih mencari. Ibarat kita mau dicomblangin sama seseorang, mak comblang akan kasih tau ke kita bahwa dia orang nya seperti ini dan itu. Tapi pada akhirnya, proses selanjutnya adalah kita harus yang cari tahu sendiri dan berkenalan sendiri untuk menciptakan sebuah koneksi. Makanya ada yang disebut namanya hijrah, yang membuat orang di luar bingung karena seakan orang Islam masuk Islam. Tapi  itulah proses pencarian dan proses setiap orang berbeda-beda tentunya.

Pertama, tentang doa. Bagaimana sih kita biasanya berdoa kepada Allah? Ternyata berbeda-beda. Ada yang menyebut semua daftar permohonannya satu per satu secara detail, ada yang meminta tapi nggak spesifik karena merasa Allah lebih tahu segalanya, ada yang hanya mengucap syukur tanpa meminta, ada yang tidak berani meminta apapun kepada Allah karena merasa tidak pantas. 

Sekali lagi, ini tentang hubungan seseorang dengan Penciptanya, it's personal and unique. Saya pribadi tipe yang meminta dengan cukup detail dan spesifik karena merasa semakin banyak saya memaparkan permintaan, semakin yakin saya dengan doa itu. Terlebih saya diajarkan memang kalau berdoa sebaiknya detail dan spesifik. Walau ya, tentu Allah lebih tahu segalanya. Kadang ada juga orang yang hanya mengucap syukur tanpa meminta. Bahkan kadang ada juga orang yang memohon ampunan saja. Karena adanya perasaan manusiawi seperti kalau terlalu berharap, kita akan kecewa, lebih baik biar Allah yang tunjukkan aja jalannya. Semoga Allah memberikan segala sesuatu yang terbaik. Atau kita akan berusaha di dunia untuk mendapatkannya, semoga Allah mudahkan jalannya.

Kalau dipikir-pikir ya itu mungkin bagian dari berserah diri. Tapi kalau diibaratkan sebagai hubungan dengan teman, hubungan yang sungkan itu bukan hubungan yang dekat. Kalau sama teman dekat atau sama orang tua misalnya, saking dekatnya kalau ulang tahun bisa request mau kado apa detail bahkan ada yang langsung kasih link e-commercenya. Tapi kalau sama teman yang biasa aja, dikasih Alhamdulillah, nggak dikasih juga nggak apa-apa. Kurang lebih, berarti seperti itu juga hubungan dengan Allah.

Akhirnya, yang saya pahami dari pembahasan itu adalah kita memang boleh banget meminta kepada Allah secara spesifik. Memang meminta dan mengemis itu nggak enak, tapi posisi kita adalah hamba, tugas kita mengemis. Tanpa sadar, males mengemis itu bisa jadi perilaku yang sombong, merasa diri baik-baik aja. Secara fisik setiap hari bersujud, tapi dalam hati nggak sepenuhnya menunduk. Banyak orang yang malas mengemis karena takut kecewa juga berarti lupa betapa besarnya Allah. Bahkan ada yang lebih memilih untuk berusaha di dunia dan hanya meminta Allah untuk untuk dimudahkan jalannya tanpa memberi tahu apa perkaranya sama Allah, berarti kalau dapat mereka akan menganggap karena mereka sudah berusaha, padahal itu semua Allah yang sepenuhnya kasih. 

Kadang ketika kehidupan sedang lagi baik-baiknya, bisa membuat kita lupa seberapa kecilnya kita di hadapan Allah. Hanya ketika ada masalah, kita sadar betul nggak berdaya tanpa Nya. Ketika ada masalah, mau nggak mau kita akan mengemis dan meminta. Padahal mau roda kehidupan bergerak di atas atau bawah, kita masih sama kecilnya di hadapan Allah. Makanya orang suka bilang, ketika Allah memberi cobaan, mungkin Allah lagi ingin kita meminta. Kita semua tahu Allah itu pemilik segalanya, tapi seberapa jauh hati kita memaknai itu sih?

Sebenarnya merasa aneh untuk menulis pemikiran ini karena sekali lagi hubungan dengan Sang Pencipta itu kan personal. Tapi bisa disadarkan dari pembahasan yang saya dapat itu seperti sebuah kebahagiaan seperti menemukan kepingan puzzle yang sedikit demi sedikit bisa melengkapi proses pencarian. Masih banyak yang ingin dibahas, tapi udah terlalu panjang. Mari kita lanjut kontemplasi ini di lain waktu. Sebelum tidur malam nanti, mari kita berdoa dengan sepenuh hati, jadikan conversation yang berarti antara kita dengan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Love, 

Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
6 comments

"What we know is a drop, what we don't know is an ocean". Kalau aja time travel itu benar nyata, saya ingin melihat masa depan untuk tau ending ceritanya. Jadi saya bisa balik ke waktu sekarang tanpa harus bertanya-tanya pertanyaan yang belum ada jawabannya. Saya nggak perlu khawatir dengan proses yang nggak enak, atau menangisi hal yang bukan menjadi masa depan saya. Sedangkan pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh waktu itu menjengkelkan. Karena kita nggak tahu kenyataannya atau hikmah dibaliknya.

Perjalanan hidup emang nggak ada yang tau ya. Mana tau saya yang sangat batu, punya pertahanan tembok yang tinggi, akhirnya belajar bagaimana terbuka dengan orang lain. Mana saya tau orang yang begitu yakin dengan sebuah mimpinya, tiba-tiba berubah pikiran. Sampai hari ini pun, saya nggak tahu formula untuk hidup bahagia itu apa. Tapi yang saya tahu kalau kita selalu berusaha menjadi orang yang baik, memberikan kebaikan pada sekitar, mendekatkan diri pada Sang Pencipta itu memang ampuh mendatangkan kebahagiaan, (still working on it, walau kadang pada praktiknya susah) haha. Kalau emang cinta lebih penting, kenapa ada orang yang bisa bahagia meskipun sendirian. Kalau karir lebih penting, kenapa ada orang yang tetap merasa kosong hampa sendirian?

Emang hidup itu sebuah pencarian, yang mana cuma waktu bisa bantu kasih jawabannya. Sementara itu, hidup terus berjalan, kita pun juga terus berjalan membuat banyak kesalahan atau penyesalan. Yang akhirnya kita jadi belajar hal baru, menemukan diri kita yang baru. Ada yang dulu selalu berambisi untuk karir atau pendidikan, tapi sekarang lebih memilih untuk bisa berjalan bergandengan tangan dengan seseorang yang walaupun jalan sesulit apapun, tetap memilih bergandengan dan saling menguatkan.

"In the end, what helps you overcome obastacles isn't brains, but someone who will take your hand and never let you go. In the end, that's family." -Reply 1988 


Love,

Humannisa 
Share
Tweet
Pin
Share
10 comments


Kenapa ya orang bisa tersinggung?  
Paradigma dan perihal apa yang memicu "ketersinggungan" ?

Saya menulis ini sebagai usaha untuk berdamai dengan perasaan dalam diri yang kadang "sulit" ditenangkan terutama saat keadaan emosional sedang tidak stabil.
Saya merasa ke trigger dengan respons 2 teman saya hari ini. 
1. Ketika saya bertanya dengan tulisan yang agak panjang karena sudah cukup lama kami tidak saling mengirim pesan, tapi dia hanya membalas dengan jawaban yang sangat amat singkat.
2. Teman saya yang menurut saya kurang baik dalam merespon cerita saya soal film yang sedang saya tonton dan saya puji karena acting pemain dan ceritanya cukup menarik, tetapi dia malah menjawab bahwa dia tidak tertarik, kalau bertema "x" dia baru suka. 
(kedua alasan yang "remeh" bukan? haha begitulah kadang hati dan otak tidak sinkron ✌️)

Saya menemukan konsep ini dari beberapa buku dan artikel yang pernah saya baca. Umumnya yang saya lihat selama ini yang memicu orang untuk tersinggung adalah paradigma bahwa "respect is GIVEN", rasa hormat itu diberikan. Ada orang-orang yang punya pemikiran : dirinya, orang tuanya, anaknya, pasangannya, tuhannya, agamanya, negaranya, komunitasnya, gendernya, klub sepak bola yang didukungnya, badannya, warna kulitnya, pilihan gaya berpakaiannya, selera filmnya, selera musiknya, dlsb itu WAJIB dihormati oleh semua orang. Dan konsekuensinya, kalau tidak dihormati ya TERSINGGUNG.

Ketika ada yang bilang orang tuanya "gak becus", tersinggung. Ketika ada yang bilang film favoritnya "sampah", tersinggung. Ketika ada yang bilang agamanya "sesat", tersinggung, Ketika ada yang bilang band atau idola nya "kampungan" dan "plastik", tersinggung. Ketika ada yang bilang pasangannya "jelek" dan "biasa saja", tersinggung, Ketika ada yang bilang gaya berpakaiannya "murahan", tersinggung. Dst dst.

Sementara konsep yang seharusnya dipahami adalah bahwa "respect is EARNED", rasa hormat itu sesuatu yang didapatkan (bukan menuggu orang lain untuk memberi).
Orang lain tidak berkewajiban untuk menghormati hal-hal yang saya hormati. Bagi saya, orang BERHAK menentukan apakah sesuatu itu LAYAK untuk dia hormati. Kalau menurut dia tidak layak ya tidak apa-apa dia tidak menghormati hal itu. Itu kebebasannya.

Paradigma "respect is given" membuat rasa hormat itu menjadi meaningless, tidak berarti. Mereka memberikan secara cuma-cuma pada apapun, pada siapapun, bukan karena memang kita secara jujur melihat sesuatu itu layak dihormati. (Bayangkan kalau kita respect dengan segala sesuatu tanpa alasan, aneh bukan?)

Ada yang bilang "saya tidak masalah kalau mereka tidak menyukai apa yang saya sukai, tapi setidaknya jangan blak-blakan mengatakan itu didepan saya!"

Jadi begini, selain konsep "respect is earned", saya juga melihat dari sisi "valuasi" pendapatnya. Tidak mungkin kan semua pendapat itu dianggap setara? Selain dari isi pendapatnya, kredibilitas dan track record orang yang berpendapat pastinya berpengaruh terhadap "nilai" dari suatu pendapat. 

Biasanya saya akan punya 2 pilihan untuk menanggapi pendapat yang saya merasa keberatan (yang menurut kebanyakan orang sangat mungkin dianggap "menyinggung") :

1. Kalau nilai pendapatnya tinggi, saya akan FOLLOW UP pendapat tersebut, karena bisa jadi bermanfaat untuk improvement saya, atau
2. Kalau pendapatnya tidak bernilai karena dari sisi substansi dan kualitas orang yang menyampaikannya tidak bagus ya saya bisa IGNORE saja.

Balik lagi ke awal, saya membuat kesimpulan sendiri jika alasan mereka merespons seperti itu mungkin karena :
1. Mereka merasa sudah sangat dekat jadi tidak perlu basa basi atau bahkan "memperhalus" bahasa nya. Mungkin kalau mereka berhadapan dengan seseorang yang sedang mereka dekati atau orang yang mereka belum paham betul karakternya sehingga takut mereka tersinggung, mungkin respons yang mereka berikan akan berbeda.
2. Mungkin mereka sedang banyak beban pikiran sehingga kurang pikir panjang, atau lain sebagainya.
3. Mungkin mereka memang tidak tertarik (like, who's care 🤷‍♀️ back to the "respect is EARNED").
4. Mungkin kita yang saat itu sedang terlalu sensitif (sepertinya situasi saya yang ini haha) 

TAPI bukan "respons" yang menjadi point utama dalam hal ini, bukan tugas mereka untuk mengerti dan memahami kita. Bukan tentang respons seperti apa yang kita terima, atau masalah apa yang sedang kita hadapi tapi bagaimana "pola pikir", "kedewasaan emosional", dan "cara kita meyikapi dan berdamai" dengan hal itulah yang PENTING.


Love,

Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
7 comments


Dulu sebelum masuk usia 20, saya suka banget bacain artikel dengan judul seperti ini. Penasaran aja sama pengalaman orang yang udah lebih dulu melaluinya, jaga-jaga siapa tau saya jadi bisa lebih siap nantinya. Nyatanya sih semua garis hidup orang berbeda-beda, nggak bisa disamakan ceritanya. Walaupun pada ujungnya pesan yang kita petik sama. Tidak terasa sudah 2 tahun (belum) lamanya saya sudah menjalani kehidupan "kepala-dua" ini haha, Walaupun baru masuk club, izinkanlah saya untuk berbagi pengalaman 🤪 So, what have I learned?

We couldn't inspire people if we are not inspired

Ada kalanya saya merasa beruntung dalam hidup adalah ketika bertemu dengan orang-orang positif dan menginspirasi saya untuk berpikir bahwa "I can do more than this, I can be better than this". Menginspirasi saya untuk melakukan sesuatu yang ternyata bisa menginspirasi yang lain juga pada akhirnya. Sama halnya kalau kita jalan-jalan melihat pemandangan yang indah, kita pasti akan share di sosial media agar semua tau betapa indahnya pemandangan itu. Kalau nggak ada yang indah, ya nggak ada yang bisa dibagikan. Begitupun kalau lingkungan di sekitar kita bukan yang bisa memberikan sesuatu kepada kita, gimana kita bisa memberikan sesuatu ke orang lain. Bagi yang terjebak di lingkungan seperti ini, semoga cepat tergugah untuk keluar dan mencari lingkungan yang lebih positif.

Keep hungry, Keep growing

Nggak tau kenapa saya selalu merasa bersalah sama diri sendiri kalau saya nggak belajar suatu hal yang baru. Meskipun hidup lagi merasa lurus-lurus aja, ada kalanya saya merasa sayang banget kalau hidup gini-gini aja. Usahakan dalam setahun ada hal baru yang dipelajari dan itu nggak harus tentang akademis. Misal, tahun ini mau belajar tentang design, atau mau belajar masak, atau mau belajar bahasa asing, atau belajar ngomong di depan publik (walaupun kadang dari 10 plans yang dibuat cuma kesampean 1 hehe at least i tried). Hidup itu ibarat resume yang terus di-update sampai kita mati. Jadi setiap waktu harus ada skill atau pengalaman yang ditambah. Dan percaya deh nggak semua orang punya hasrat untuk belajar, ada juga yang gampang puas. Jadi kalau dalam diri masih ada keinginan, ikuti keinginan itu selagi bisa dan apalagi selagi muda.

Love yourself first, then you'll know your worth

Kita harus menjadi orang pertama yang paling mencintai diri kita, dan harus melebihi daripada rasa cinta kita ke orang lain. Ketika ada orang yang punya pandangan jelek tentang kita atau ada orang yang bilang nggak lagi sayang dengan kita, kita nggak akan langsung percaya dan menghancurkan self esteem kita, karena kita yang lebih tau diri kita. Kalau kita tau dimana posisi kita, orang lain akan lebih bisa menghargai kita. To live our life, we don't need someone else's approval.

Terus gimana caranya bisa mencintai diri sendiri? Ya sama halnya kita bisa mencintai orang lain. Dengan kenalan, cari tau sifat kita seperti apa sih, apa yang kita suka dan nggak suka, prinsip hidup, tujuan hidup. Ada seorang teman saya yang bercerita kalau masa-masa sendirinya dia adalah masa terbaik untuk mengenal dirinya sendiri, karena saya sampai sekarang (dan mungkin beberapa tahun kedepan) masih konsisten dengan status "sendiri" saya ini yang harus saya manfaatkan baik-baik karena ternyata masa-masa sendiri itu penting untuk kita betul-betul mengenal diri sendiri tanpa campur tangan orang lain. 

Surrender is hard, but you need it the most to live this life

Semakin tua, semakin sadar bahwa hidup itu bukan fairy tale. Bukan juga selalu mengikuti skenario yang kita buat. Ketika kita udah yakin akan sesuatu 1000%, ingat ada campur tangan Tuhan yang bisa menentukan takdir kita. Dan ketika itu terjadi, berserah diri adalah kuncinya. Walau sulit, nggak mudah untuk menerima kenyataan.

Berserah diri itu kayak gimana sih? Biasanya kalau saya menginginkan jalan hidup saya ke suatu titik, saya akan berdoa semoga dimudahkan jalan hidup saya ke titik tersebut. Terus berkali-kali, sampai ternyata akhirnya nggak sesuai. Disitu doa saya berubah menjadi apapun jalan hidup saya semoga itu yang terbaik. Inilah bagian dari berserah diri, ketika kita sadar bahwa emang udah ada yang mengatur segalanya mau seberusaha apapun kita. Menerima bahwa ini jalannya, ini yang terbaik, yang mungkin kita belum mengerti kenapa ini jalan yang terbaik, tapi suatu saat kita akan mengerti. Karena kalau kita tetap kekeuh dengan upaya kita, bisa banyak stres dan kecewa sih.

Padahal niatnya tulisan yang ringan, tapi kenapa berat banget ya. Sampai bingung menuangkannya gimana. Tapi semoga bermanfaat. Selamat menikmati proses pendewasaan ini yang kadang 💩.

Love,


Humannisa
Share
Tweet
Pin
Share
9 comments
Newer Posts
Older Posts

The Author



Humannisa

Readers

Popular Posts

  • Self Love is the only way to Get Love
  • Meninggikan Tanpa Menjatuhkan
  • Things I learned In My Early 20s
  • Respect is Earned, not Given
  • CONTEMPLATION PART 1 : RELATIONSHIP WITH GOD

Categories

  • COLLEGE (1)
  • INNER PEACE (2)
  • JOURNEY (4)
  • LIFE (2)
  • REMINDER (1)

Blog Archive

  • ►  2024 (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2022 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  October (1)
    • ►  February (1)
  • ▼  2020 (7)
    • ▼  November (2)
      • Fundamental Values
      • THE DOG DAYS ARE OVER
    • ►  September (1)
      • LOVE LESSON - Part 1
    • ►  July (2)
      • CONTEMPLATION PART 1 : RELATIONSHIP WITH GOD
      • Hyphothesis
    • ►  May (1)
      • Respect is Earned, not Given
    • ►  April (1)
      • Things I learned In My Early 20s
  • ►  2019 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  March (1)

Wikipedia

Search results

Translate

Created with by ThemeXpose